Fenomena Toko Buku Berguguran, Anies: Pangkas Pajak Industri Percetakan & Buku, Negara Tidak Akan Kekurangan Uang
MAHARDHUKAnews.com JAKARTA, – Fenomena tutupnya toko-toko buku disebabkan berbagai faktor seperti tren digitalisasi sehingga perilaku membaca dari gawai daripada dari fisik/cetak dan faktor lainnya.
Misalnya toko buku Gunung Agung yang telah beroperasi selama 70 tahun di Indonesia, kini berencana menutup seluruh gerainya pada akhir 2023. Langkah serupa juga dilakukan sejumlah toko buku lainnya.
Melihat fenomena ini, Anies Baswedan menyampaikan pandangannya. Menurutnya, semua pihak di industri percetakan dan perbukuan dari hulu-hilir (end to end) harus duduk bersama untuk melihat permasalahan sesungguhnya. Dia menegaskan jangan sampai berpretensi seolah-olah tahu semua permasalahan, Jum’at (25/08
Anies menilai, banyak faktor yang menyebabkan muncul fenomena toko-toko buku tutup, seperti tren digitalisasi yang luar biasa, kemudian generasi baru lebih menyukai media digital daripada media cetak.
prioritas. Industri ini end to end harus dapat dukungan pemerintah.”
Anies memberikan solusi atas fenomena toko buku yang berguguran.
Pertama, insentif pajak untuk kertas dan berbagai aktivitas cetak-mencetak terkait dengan literasi.
Kedua, membuat benchmark. Ini bisa dilakukan benchmark ke India. Pasalnya, produksi buku di India jauh lebih murah daripada di negara penghasil bukunnya itu sendiri.
Ketiga, distribusi buku. “Membawa buku itu seberat batu. Seperti saat Gerakan Indonesia Menyala, sebuah program bangun perpustakaan di desa-desa terpencil, yang paling mahal adalah ongkos kirim bukunya.
Ada perusahaan logistik yang membantu pengiriman buku ini secara gratis. Jadi, negara harus memberikan insentif untuk pengiriman buku ke seluruh wilayah Indonesia. Kirim buku itu mahal.”
Anies menambahkan agar ke depan semua kegiatan terkait dengan perbukuan tidak menjadi beban dengan dikenakan pajak, karena berbeda dengan kegiatan komersial lainnya. “Karena ini adalah tantangan dalam peningkatan pengetahuan, kebudayaan, dan kualitas manusia. Negara harus hadir. Indonesia tidak akan kekurangan uang dengan mengurangi pajak [di industri percetakan dan perbukuan dari hulu-hilir]. (Ivan)